Minggu, 19 Oktober 2014

Cerpen Perdana :)

Aku Ingin Jatuh Cinta

Siapa tidak ingin jatuh cinta? Tentu semua orang ingin jatuh cinta. Tidak terkecuali aku. Tapi.... Nah, itulah masalahnya. Ada "tapi" yang selalu menghantui hidupku. "Tapi" yang membuatku selalu ragu dan takut jatuh cinta.
Ketika Arba, kakak tingkat disekolahku, mulai melirik-lirik ke arahku, aku malah jadi bete. Padahal kurang apa si Arba? Dia seorang atlet basket di sekolah, yang tentu banyak perempuan-perempuan yang siap mengantri untuk menjadi pasangannya. Kalau hubunganku baik dengannya, bisa kumanfaatkan untuk menunjang kepopularitasan ku. Dia juga tidak jelek. Cukup ganteng malah. Tapi itulah, ada yang mengganjal. Sikapnya yang sangat baik hati itu membuatku takut.
Aku takut jika kebaikannya itu hanya terlihat dan terasa saat awal ia mendekatiku. Aku lelah dengan semua rayuan laki-laki yang datang kepada ku. Karena aku termasuk perempuan yang cukup menderita dalam jebakan cinta seorang laki-laki, bukan hanya sekali, tapi kesekian kalinya. Aku benci laki-laki mulai saat itu sampai usia ku menginjak kelas 3 SMP.
Sebenarnya aku ingin sekali jatuh cinta. Aku ingin sekali menambatkan hatiku pada seorang laki-laki. Ingin kusandarkan kepalaku di dadanya yang bidang, dan membiarkan diriku terlelap dalam pelukannya. Seperti bayi terlelap dalam pelukan ibundanya. Tenang dan damai, seperti tak ada masalah apa pun di dunia ini, di masa lalu maupun yang akan datang. Tapi mungkinkah kini ia adalah yang terbaik ?
Setiap malam aku melamun sambil menatap langit-langit kamarku. Kubiarkan khayalanku mengembara ke mana-mana. Kutayangkan segala macam kisah cinta dan adegan romantis di dalam benakku sendiri. Bahkan kuputar berulang-ulang tayangan itu. Aku berharap dengan demikian, dalam tidurku aku akan bermimpi tentang adegan-adegan itu. Dan tentu saja, akulah yang menjadi pelaku utamanya. Namun, mimpi itu sangat jarang menghampiri diriku. Kalaupun ada mimpi yang datang, bukan aku menjadi aktrisnya. Bahkan aku menjadi penonton dalam peran  tersebut. Sepertinya, di bawah sadar, aku bahkan takut bermimpi. Mungkin aku takut, mimpi indah yang romantis itu tiba-tiba terkoyak saat laki-laki itu berbalik dari karakter awalnya.
Aku semakin ketakutan ketika Arba semakin aktif mendekatiku. Aku pura-pura cuek kepadanya, walaupun pada malam hari aku selalu berkhayal menjadi pacar seorang populer, hingga kubawa ke dalam mimpi. Ketika aku sudah tidak tahan lagi dengan perasaan seperti ini, aku pun memutuskan untuk tak keluar kelas saat jam kosong, supaya tak bertemu dengannya. Maka siang ini, dengan kerepotan aku memaksakan diri membawa bekal dari rumah.
Dan tiba-tiba muncul surat dari jendela kelasku, surat itu tersegel rapi, dalam amplop dengan cap CONFIDENTIAL (SANGAT RAHASIA). Ketika kubuka, kudapati selembar surat tulisan tangan Arba sendiri :
Dear Ridha,
Maafkan aku telah membuat risih akhir-akhir ini, tapi aku mohon pertimbangkan lagi maksud dan tujuan ku ini. Sudah bertahun-tahun aku menunggu, dan aku tidak mau kehilanganmu lagi. Aku tau pandangan mu terhadap semua laki-laki seperti apa, tapi aku berbeda. Aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama, dan akan tetap begitu selamanya. Apapun yang terjadi padamu tidak akan memupuskan cintaku. Izinkanlah aku bertahta di hatimu hingga akhir hayat kita berdua.
Dari pecinta rahasiamu,

Arba Adlpari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar