Aku
Ingin Jatuh Cinta
Siapa
tidak ingin jatuh cinta? Tentu semua orang ingin jatuh cinta. Tidak terkecuali
aku. Tapi.... Nah, itulah masalahnya. Ada "tapi" yang selalu
menghantui hidupku. "Tapi" yang membuatku selalu ragu dan takut jatuh
cinta.
Ketika
Arba, kakak tingkat disekolahku, mulai melirik-lirik ke arahku, aku malah
jadi bete. Padahal kurang apa si Arba? Dia seorang atlet basket di
sekolah, yang tentu banyak perempuan-perempuan yang siap mengantri untuk
menjadi pasangannya. Kalau hubunganku baik dengannya, bisa kumanfaatkan untuk menunjang
kepopularitasan ku. Dia juga tidak jelek. Cukup ganteng malah. Tapi itulah, ada
yang mengganjal. Sikapnya yang sangat baik hati itu membuatku takut.
Aku
takut jika kebaikannya itu hanya terlihat dan terasa saat awal ia mendekatiku.
Aku lelah dengan semua rayuan laki-laki yang datang kepada ku. Karena aku
termasuk perempuan yang cukup menderita dalam jebakan cinta seorang laki-laki,
bukan hanya sekali, tapi kesekian kalinya. Aku benci laki-laki mulai saat itu sampai
usia ku menginjak kelas 3 SMP.
Sebenarnya
aku ingin sekali jatuh cinta. Aku ingin sekali menambatkan hatiku pada seorang
laki-laki. Ingin kusandarkan kepalaku di dadanya yang bidang, dan membiarkan
diriku terlelap dalam pelukannya. Seperti bayi terlelap dalam pelukan
ibundanya. Tenang dan damai, seperti tak ada masalah apa pun di dunia ini, di
masa lalu maupun yang akan datang. Tapi mungkinkah kini ia adalah yang terbaik ?
Setiap
malam aku melamun sambil menatap langit-langit kamarku. Kubiarkan khayalanku
mengembara ke mana-mana. Kutayangkan segala macam kisah cinta dan adegan
romantis di dalam benakku sendiri. Bahkan kuputar berulang-ulang tayangan itu.
Aku berharap dengan demikian, dalam tidurku aku akan bermimpi tentang
adegan-adegan itu. Dan tentu saja, akulah yang menjadi pelaku utamanya. Namun,
mimpi itu sangat jarang menghampiri diriku. Kalaupun ada mimpi yang datang,
bukan aku menjadi aktrisnya. Bahkan aku menjadi penonton dalam peran tersebut. Sepertinya, di bawah sadar, aku
bahkan takut bermimpi. Mungkin aku takut, mimpi indah yang romantis itu
tiba-tiba terkoyak saat laki-laki itu berbalik dari karakter awalnya.
Aku
semakin ketakutan ketika Arba semakin aktif mendekatiku. Aku
pura-pura cuek kepadanya, walaupun pada malam hari aku selalu
berkhayal menjadi pacar seorang populer, hingga kubawa ke dalam mimpi. Ketika
aku sudah tidak tahan lagi dengan perasaan seperti ini, aku pun memutuskan untuk
tak keluar kelas saat jam kosong, supaya tak bertemu dengannya. Maka siang ini,
dengan kerepotan aku memaksakan diri membawa bekal dari rumah.
Dan
tiba-tiba muncul surat dari jendela kelasku, surat itu tersegel rapi, dalam
amplop dengan cap CONFIDENTIAL (SANGAT RAHASIA). Ketika kubuka, kudapati selembar
surat tulisan tangan Arba sendiri :
Dear Ridha,
Maafkan
aku telah membuat risih akhir-akhir ini, tapi aku mohon pertimbangkan lagi
maksud dan tujuan ku ini. Sudah bertahun-tahun aku menunggu, dan aku tidak
mau kehilanganmu lagi. Aku tau pandangan mu terhadap semua laki-laki seperti
apa, tapi aku berbeda. Aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama, dan akan
tetap begitu selamanya. Apapun yang terjadi padamu tidak akan memupuskan
cintaku. Izinkanlah aku bertahta di hatimu hingga akhir hayat kita berdua.
Dari pecinta rahasiamu,
Arba Adlpari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar